Sabtu, 14 Januari 2012

Pembelajaran Kooperatif: JIGSAW



Metode Jigsaw dalam pembelajaran kooperatif didesain dan diperkenalkan oleh Elliot Aronson dan sejawatnya dari University of Texas dan University of California at Santa Cruz. Terdapat dua metode Jigsaw.

Metode I. Pada metode Jigsaw ini, siswa ditugaskan secara berkelompok sekitar enam siswa. Ukuran anggota sebenarnya dapat bervariasi antara 3 hingga 7 siswa, namun 5 hingga 6 siswa merupakan ukuran yang ideal. Pada kelompok-kelompok yang lebih kecil, maka tantangan untuk belajar bersama dengan individu-individu yang bervariasi akan terkurangi, sedangkan pada kelompok dengan anggota yang lebih banyak akan mengakibatkan siswa tidak memiliki banyak waktu untuk mengungkapkan pendapatnya. Para guru mendapatkan bahwa kelompok dari siswa-siswa yang bervariasi (heterogen) sebenarnya adalah lebih diinginkan dibandingkan dengan siswa yang lebih bersifat homogen. Keberbedaan kelompok akan menstimulasi siswa belajar, membuat siswa yang memiliki kemampuan cepat belajar sebagai peluang yang sangat bernilai dalam hal penciptaan tutorial yang efektif. Siswa akan tertantang untuk mengembangkan empati, toleransi, dan kemampuan untuk bekerja guna pencapaian tujuan dalam suatu kelompok yang memiliki keberbedaan. Materi dipilah-pilahkan menjadi beberapa bagian. Setiap kelompok mengkaji bagiannya yang unik. Anggota-anggota dari kelompok yang berbeda bertemu dengan anggota dari kelompok-kelompok lain yang memiliki bagian atau bahan kajian yang sama. Setelah itu, mereka kembali kepada kelompoknya dan mengambil posisi untuk menyampaikan apa yang telah dikajinya dari kelompok sebelumnya kepada teman-teman di kelompoknya.



Metode II. Pada metode Jigsaw ini, Slavin dari John Hopkins University telah mengembangkan suatu modifikasi dari metode I di atas. Siswa bekerja dalam suatu kelompok yang beranggotakan antara 4 hingga 5 siswa dimana semua siswa membaca suatu narasi, misalnya bagian dari buku, cerita pendek, atau biografi. Setiap siswa memilih topik tertentu dari narasi tersebut dan menjadikannya sebagai “siswa ahli.” Selanjutnya mereka bertemu dalam “kelompok siswa ahli” kemudian setelah selesai masing-masing kembali kepada kelompoknya sebagaimana pada metode I.

Referensi
Slavin, Robert E., 1991, Synthesis of research on cooperative learning, Educational Leadership, February 1991, 48(5), 71-82.

Stahl, Robert J., dan Van-Sickle, Ronal L., 1992, Cooperative Learning in the Social Studies Classroom, National Council for the Social Studies, Washington DC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar